Rabu, 29 April 2015

Tugas Essay Kesehatan Mental

Essay 1

Apa itu Stress?

Menurut Morgan dan King (Khaerul Umam, 2010: 203) stress adalah keadaan yang bersifat internal, yang bisa disebabkan oleh tuntutan fisik (badan) atau lingkungan, dan situasi sosial, yang berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Menurut Heger (1999), stress sangat bersifat individual dan pada dasarnya bersifat merusak apabila tidak ada keseimbangan antara daya tahan mental individu dengan beban yang dirasakannya. Namun, berhadapan dan suatu stressor (sumber stress) tidak selalu mengakibatkan gangguan secara psikologis maupun fisiologis.

Dan contoh kasus yang saya ambil adalah termasuk dalam distress dan apakah itu distress? Distress adalah Hasil dari respons terhadap stress yang bersifat tidak sehat, negative, dan destruktif(bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga organisasi, seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan dan kematian.

Stres sifatnya universiality, yaitu umum semua orang sama dapat merasakannya, tetapi cara pengungkapannya yang berbeda atau diversity. Sesuai dengan karakteristik individu, maka responnya berbeda- beda untuk setiap orang. Seseorang yang mengalami stres dapat mengalami perubahan-perubahan yang terjadi.

Salah Satu Tokoh, Cary Cooper dan Alison Straw mengemukakan gejala stres dapat berupa tanda-tanda berikut ini :
1. Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan tenggorokan kering, tangan lembab, merasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat dan gelisah.
2. Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas, sedih, jengkel, salah paham, tidak berdaya, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan semangat, susah konsentrasi, dan sebagainya.
3. Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati yang berlebihan, menjadi lekas panik, kurang percaya diri, penjengkel.

Lalu, mengapa wanita lebih mudah stres? Wanita cenderung lebih mudah stres saat menghadapi masalah dibandingkan pria. Kondisi itupun seolah telah mendapat pemakluman secara umum. Tapi, apa yang sebenarnya membuat wanita lebih sulit mengendalikan emosi?

Studi di Amerika Serikat, seperti dikutip dari Daily Mail, mengungkapkan, wanita lebih sensitif terhadap kemunculan hormon stres, meski dalam kadar minimal. Sedangkan pria cenderung imun terhadap hormon stres, meski dalam kadar tinggi.

Kondisi itulah yang membuat wanita rentan terjerumus dalam krisis emosi di kehidupannya. Wanita lebih rentan mengalami depresi, trauma, dan masalah psikologis lainnya. Meski demikian, peneliti belum dapat mengungkap alasan biologisnya secara detail. Isnaini Agus Riyanto (23), mahasiswa tingkat akhir, ditemukan tewas gantung diri di dalam kamarnya, Asrama Brimob, Desa Plantaran Kaliwungu Selatan, Kendal, Jawa Tengah. Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Kendal itu diduga stres lantaran skripsinya tak kunjung selesai sehingga nekat mengakhiri hidupnya, Minggu (13/4/2014).


Jasadnya ditemukan menggantung di kamar oleh ayahnya. Sang ayah yang merupakan anggota Brimob, Aipda Sunawan, mengatakan, pagi itu ia hendak membangunkan putrinya. Namun, pintu kamar dalam keadaan terkunci.

Lewat celah lubang kunci, lalu Sunawan mengintip ke dalam kamar. Dia kaget saat menjumpai tubuh anaknya tergantung pada seutas tali plastik. "Begitu tahu, pintu langsung saya dobrak, jasadnya juga saya turunkan sendiri," katanya, Senin (14/4/2014). Sunawan mengaku selama ini tak pernah menerima keluhan korban sebelum meninggal. Namun, ia menduga masalah yang membelit anaknya hingga memutuskan bunuh diri adalah skripsi yang tak kunjung selesai. Kepala Polres Kendal Ajun Komisaris Besar Haryo Sugihartono membenarkan adanya dugaan seperti itu.

"Dugaan motif korban nekat bunuh diri adalah depresi karena skripsi tidak kunjung selesai. Dari hasil pemeriksaan medis, juga tidak ada bekas penganiayaan. Jadi murni bunuh diri," terangnya. Dalam status BBM korban sebelum tewas terpampang tulisan "Besok Hari Terakhirku".

Stres bisa terjadi kepada siapa saja dan kapan saja. Stres juga dapat terjadi pada masalah kecil seperti ketika ditanya kapan wisuda, atau kapan menikah. Dengan pertanyaan itu saja dapat memicu stres pada setiap orang. Isnaini mengalami distress sehingga dia merespon masalah dengan negatif. Pada kasus Isnaini dapat diketahui bahwa karena skripsi yang dikerjakannya tidak kunjung rampung dia merasakan stres yang sangat berat. Karena merasa stres dia tidak dapat berfikir dengan jernih mungkin dia merasa gagal dan tidak berdaya dan akhirnya menjadi depresi, sehingga dia memilih untuk mengkhiri hidupnya untuk menyelesaikan masalah.

Sumber

Umam, Khaerul. 2010. Perilaku Organisassi. Bandung: Pustaka Setia
Kesehatan Mental Konsep,Cakupan dan Perkembangan. oleh Siswanto,S.Psi.,M.Si.. 2007. Yogyakarta.
http://life.viva.co.id/news/read/157995-mengapa-wanita-lebih-mudah-stres
http://regional.kompas.com/read/2014/04/14/1437260/Skripsi.Tak.Kunjung.Rampung.Isnaini.Gantung.Diri

Essay 2

Hubungan Kesehatan Mental dengan Kecerdasan Emosional

Sebelum kita mengetahui hubungan kesehatan mental dengan kecerdasan emosional, ada baiknya kita mengetahui pengertian dari masing-masing aspek tersebut. Apa sih arti dari kesehatan mental dan kecerdasan emosional itu? Cek it out hehe

DEFINISI SEHAT. Sehat (Health) secara umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan secara penuh (keadaan yang sempurna) baik secara fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau keadaan lemah. Sedangkan di Indonesia, UU Kesehatan No. 23/ 1992 menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial dimana memungkinkan setiap manusia untuk hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomis. World Health Organization (WHO, 2001), menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di komunitasnya.

Kesehatan mental menurut seorang ahli kesehatan Merriam Webster, merupakan suatu keadaan emosional dan psikologis yang baik, dimana individu dapat memanfaatkan kemampuan kognisi dan emosi, berfungsi dalam komunitasnya, dan memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Inti dari kesehatan mental sendiri adalah lebih pada keberadaan dan pemeliharaan mental yang sehat. Akan tetapi, dalam praktiknya seringkali kita temui bahwa tidak sedikit praktisi di bidang kesehatan mental lebih banyak menekankan perhatiannya pada gangguan mental daripada mengupayakan usaha-usaha mempertahankan kesehatan mental itu sendiri.

SEHAT SEBAGAI KONTINUM. Kondisi sehat dan sakit pada manusia merupakan suatu kontinum, sehingga sangat sulit memberikan batasan yang jelas saat melakukan evaluasinya. Akan tetapi, mengamati fenomena tersebut, maka diyakini taraf kesehatan seseorang dapat ditingkatkan bahkan dioptimalkan. Hal inilah yang mendasari Gerakan Kesehatan Mental dewasa ini. Tidak hanya memandang bagaimana seseorang sembuh dari sakitnya, tetapi bagaimana meningkatkan taraf kesehatan seseorang menjadi lebih optimal.

INDIVIDU YANG SEHAT MENTAL. Pribadi yang normal/ bermental sehat adalah pribadi yang menampilkan tingkah laku yang adekuat & bisa diterima masyarakat pada umumnya, sikap hidupnya sesuai norma & pola kelompok masyarakat, sehingga ada relasi interpersonal & intersosial yang memuaskan (Kartono, 1989). Sedangkan menurut Karl Menninger, individu yang sehat mentalnya adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan orang lain, serta memiliki sikap hidup yang bahagia. Saat ini, individu yang sehat mental dapat dapat didefinisikan dalam dua sisi, secara negatif dengan absennya gangguan mental dan secara positif yaitu ketika hadirnya karakteristik individu sehat mental. Adapun karakteristik individu sehat mental mengacu pada kondisi atau sifat-sifat positif, seperti: kesejahteraan psikologis (psychological well-being) yang positif, karakter yang kuat serta sifat-sifat baik/ kebajikan (virtues) (Lowenthal, 2006).

KONSEPSI YANG SALAH MENGENAI KESEHATAN MENTAL. Selama ini masih banyak mitos dan konsepsi yang diyakini masyarakat Indonesia mengenai Kesehatan Mental yang keliru, antara lain: gangguan mental adalah herediter/ diturunkan, gangguan mental tidak dapat disembuhkan, gangguan mental muncul secara tiba-tiba, gangguan mental merupakan aib/ noda bagi lingkungannya, gangguan mental merupakan peristiwa tunggal, seks merupakan penyebab munculnya gangguan mental, kesehatan mental cukup dipahami dan ditangani oleh satu disiplin ilmu saja, kesehatan mental dipandang sama dengan “ketenangan batin”, yang dimaknai sebagai tidak ada konflik, tidak ada masalah, hidup tanpa ambisi, pasrah.

Apa sih pengertian Emosi dan Kecerdasan Emosional?

Chaplin (1792) mendefinisikan emosi sebagai reaksi kompleks yang mengandung tingkatan aktivitas yang tinggi, dan diikuti perubahan dalam kejasmanian serta berkaitan dengan perasaan yang kuat.
Hal serupa juga diamati Kleinginna (Kleinginna dalam Morgan dkk, 1986) yang kemudian mensyaratkan bahwa satu definisi yang komprehensif tentang emosi seharusnya :
1. Mengatakan sesuatu tentang apa yang dirasakan ketika seseorang sedang emosional.
2. Menyebutkan dasar psikologis atau fisiologis  dari perasaan emosional.
3. Memasukkan efek-efek dari emosi terhadap persepsi, pemikiran, dan perilaku.
4. Menunjukkan sifat dari emosi tertentu yang mendorong dan memotivasi, seperti rasa takut dan marah.
5. Mengacu ke cara bagaimana emosi diungkapkan dalam bahasa, ekspresi wajah dan gesture (bahasa tubuh)

Sedangkan menurut Goleman (2006) “Emosi” berasal dari bahasa latin yaitu movere, yang berarti “menggerakkan, bergerak”. Menurut Goleman (2006) emosi adalah suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan fisiologis dan biologis, dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Menurut Goleman (2006) kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengendalikan impuls emosional, kemampuan untuk membaca perasaan orang lain, dan kemampuan untuk membina hubungan yang baik dengan orang lain.

Apa hubungan kesehatan mental dan kecerdasan emosional?

Jadi, antara kesehatan mental dan kecerdasan emosional memiliki hubungan. Jika seseorang sehat mentalnya maka dia dapat mengelola emosinya dengan baik, dapat berperilaku sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat dan juga dapat menjaga hubungan yang baik dengan orang lain. Jiwa atau mental yang sehat akan mempengaruhi mood kita dalam berkerja ataupun melakukan sesuatu dan akan dapat mengkontrol diri kita untuk mengendalikan situasi yang kita hadapi.


Sumber Referensi

Basuki, A.M., Heru. (2008). Psikologi Umum.  Jakarta : Universitas Gunadarma
Dewi, Kartika Sari. (2012). Kesehatan Mental, Semarang : UPT UNDIP Press Semarang