Senin, 09 Januari 2017

Tugas Kelompok Sistem Informasi Psikologi

Tugas Kelompok 1

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS PSIKOLOGI

Kebutuhan Berafiliasi, Introversi Kepribadian Serta Ketergantungan pada Facebook pada Mahasiswa



Disusun Oleh

Nama            : 1. Desba Nurshafitri        12513200
                          2. Edwin Rico R.             12513775
                        Kelas             : 4PA11
                        Mata Kuliah : Sistem Informasi Psikologi

Depok

2016


Kebutuhan Berafiliasi, Introversi Kepribadian Serta Ketergantungan pada Facebook pada Mahasiswa
A.   Rangkuman Jurnal
Pada penelitian yang berjudul “Kebutuhan Berafiliasi, Introversi Kepribadian Serta Ketergantungan Pada Facebook Pada Mahasiswa” bertujuan untuk mengetahuai keterkaitan antara introversi kepribadian dengan ketergantungan terhadap facebook. Penelitian ini memiliki 3 hipotesis yang pertama yaitu ada hubungan antara kebutuhan berafiliasi dan introversi kepribadian dengan ketergantungan facebook. Hipotesis kedua yang diajukan ada hubungan positif antara kebutuhan berafiliasi dengan ketergantungan facebook. Hipotesis ketiga yang diajukan adalah ada hubungan positif antara introversi kepribadian dengan ketergantungan facebook. Penelitian ini menggunakan 3 skala secara bersamaan yaitu skala ketergantungan facebook, skala kebutuhan berafiliasi, dan skala introversi kepribadian. Subjek penelitian ini  adalah mahasiswa UNISSULA yang berjumlah 167 orang.
Hasil penelitian menunjukan hipotesis pertama diterima yaitu ada hubungan yang sangat signifikan antara kebutuhan berafiliasi dan introversi kepribadian dengan ketergantungan facebook dikarenakan sesuai dengan yang dikemukakan oleh Yanuar (Dyah, 2009) yang menyebutkan bahwa salah satu faktor internal ketergantungan facebook adalah kepribadian, diluar faktor internal lainnya yaitu kontrol diri, minat, motif, pengetahuan, dan usia. Berkaitan dengan penggunaan media, Katz (Rakhmat, 2000) mendefinisikan beberapa pemenuhan kebutuhan menjadi: kebutuhan kognitif, afeksi, integrasi sosial, integratif sosial (dorongan afiliasi) dan kebutuhan pelarian.
Hipotesis kedua ditolak yaitu ada hubungan negatif yang signifikan antara kebutuhan berafiliasi dengan ketergantungan facebook dikarenakan individu dengan kebutuhan afiliasi tinggi dalam hal ini lebih memilih melakukan hubungan sosialnya secara langsung pada realitas nyata bukan secara virtual yakni melalui facebook.
Hipotesis ketiga diterima yaitu ada hubungan positif yang signifikan antara introversi kepribadian dengan ketergantungan facebook dikarenakan sesuai dengan yang diungkapkan oleh Fulk (1990) bahwa pemilihan media dipengaruhi tidak hanya oleh karakteristik media yang digunakan tetapi juga oleh karakteristik individu dan konteks sosial dengan siapa individu berhubungan. Karakteristik individu adalah kepribadian (Minsky & Marin, 1999). Individu dengan introversi kepribadian dapat menggunakan media facebook untuk menumpahkan segala pikiran dan perasaan dengan orang lain tanpa harus berhadapan langsung (Itriyah, 2004). Individu introvert cenderung menggunakan IT untuk aktivitas solitaire, misalnya browsing informasi dan membaca berita (Maldonado, dkk, 2001).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa ketergantungan facebook dalam penelitian ini berkategori mendekati sedang. Dan menunjukkan bahwa kebutuhan berafiliasi dalam penelitian ini berada dalam kategori tinggi. Serta menunjukkan bahwa introversi kepribadian dalam penelitian ini mendekati sedang.
B.   Kelebihan
1.      Kelebihan dari penelitian ini adalah penjelasan yang diberikan oleh peneliti sudah cukup jelas sehingga membuat pembaca tidak perlu membaca ulang penelitiannya untuk memahami isi dari penelitian.
2.      Subjek dalam penelitian ini sudah cukup mewakili dari sebagian populasi yang ada.
3.      Penjelasan pada abstrak yang cukup jelas sehingga memudahkan pembaca untuk melakukan review terhadap jurnal tersebut.
4.      Teori yang digunakan dalam penelitian ini cukup lengkap.
C.   Kekurangan
1.      Di hasil tidak menjabarkan dengan grafik sehingga pembaca harus teliti dalam membaca hasil secara keseluruhan.
Daftar Pustaka
http://fpsi.unissula.ac.id/images/5%20pibadi%20pratiwi%20brotowidagdo.pdf  (diakses pada hari jumat, 28 oktober 2016, pukul 15:13)



Tugas Kelompok 2

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS PSIKOLOGI

APLIKASI TEST IQ BERBASIS MOBILE




Disusun Oleh

Nama            : 1. Desba Nurshafitri        12513200
                          2. Edwin Rico R.             12513775
                        Kelas             : 4PA11
                        Mata Kuliah : Sistem Informasi Psikologi
  
Depok
2017


1.      Identifikasi masalah
Berkembangnya perangkat mobile serta teknologi yang menyertainya akan sangat berpengaruh pada perkembangan aplikasi mobile. Karena aplikasi mobile merupakan salah satu saranan untuk menyampaikan informasi. Dengan adanya perkembangan tersebut akhirnya memberikan dampak pada berbagai bidang kehidupan kita yang salah satunya adalah pada bidang telekomunikasi.
Saat ini penggunaan fasilitas aplikasi mobile banyak digunakan disegala bidang seperti bidang kedokteran, pariwisata, perbankan, dan lainnya karena dapat memudahkan seseorang untuk mengakses data. Hal ini tidak menutup kemungkinan untuk mengembangkan suatu aplikasi yang utuh untuk melatih kemampuan otak seperti kemampuan menalar, merencanakan, memecahkan masalah, berfikir abstrak, memahami gagasan, daya ingat, penalaran, dan kecepatan perseptual dengan menggunakan tes IQ. Tes IQ adalah sebuah metode untuk mengetahui kinerja atau kemampuan otak dengan mengerjakan beberapa tes.

2.      Analisis masalah
Tes IQ adalah sebuah metode untuk mengetahui kinerja atau kemampuan otak dengan mengerjakan beberapa tes. Tes ini menuntut seseorang meningkatkan kemampuan dan kecepatan otak mengolah suatu bentuk tugas atau keterampilan tertentu. Pelayanan tentang tes IQ saat ini masih bersifat manual jadi dalam penggunaannya kurang efisien sehingga perlu diterapkan suatu sistem informasi berbasis mobile untuk membantu melatih kinerja otak yang lebih efektif dan efisien dan bisa digunakan dimana saja.
Diharapkan pelayanan tes IQ ini dapat memberikan media untuk melatih dan meningkatkan kinerja otak, serta media ini menjadi solusi yang lebih efisisen dan lebih efektif dibandingkan dengan sistem yang sudah ada.


3.      Analisis kebutuhan
a.       Analisis kebutuhan data
b.      Fungsional
Kebutuhan fungsional berisi proses-proses apa saja yang nantinya dilakukan oleh sistem, yaitu:
1)      Sistem mampu untuk menampilkan soal
2)      Sistem mampu memberikan pilihan jawaban
3)      Sistem mampu menghitung jawaban yang benar
4)      Sistem mampu menampilkan nilai
5)      Sistem dapat menampilkan petunjuk penggunaan

c.       Nonfungsional
Kebutuhan nonfungsional menjabarkan apa saja yang harus dimiliki oleh sistem agar dapat berjalan. Kebutuhan fungsional meliputi:
1)      Kebutuhan perangkat keras
Perangkat keras yang dibutuhkan untuk menjalankan sebuah telepon seluler ataupun mobile device lainnya, yang akan digunakan untuk implementasi aplikasi ini adalah Nokia C2-01.
2)      Kebutuhan perangkat lunak
Perangkat lunak yang dibutuhkan pada saat tahap pembuatan adalah Java Development Kit 6 update 20, Netbeans 6.8, dan Mozilla Firefox serta Sistem Operasi Windows 7. Sedangkan untuk perangkat lunak yang dibutuhkan pada saat implementasi adalah Java MIDP 2.0 CLCD 1.1
3)      Kebutuhan Brainware
Untuk mewujudkan sistem ini maka diperlukan seorang analis dan programer pada tahap pembuatan
1)      Analis
2)      Programer
4.      Tahap Perancangan
a.      Struktur Navigasi
1.      Saat ingin memulai tes lebih baik tampilkan instruksi pengerjaan terlebih dahulu sebelum masuk ke soal.
2.      Dan untuk pilihan jawaban lebih baik ditambah menjadi empat atau lima agar user bisa lebih bervariasi dalam memilih jawaban.
b.      Struktur Interface
1.      Tampilan  pilihan “exit” lebih baik diletakkan di sebelah kanan dan pilihan “pilih” lebih baik diletakkan di sebelah kiri.
2.      Pada tampilan awal dan tampilan dalam tes dibuat bervariasi latarnya agar membuat user menjadi lebih tertarik dalam mengerjakan.
3.      Jika pada saat selesai mengerjakaan dan keluar hasil yang tidak memuaskan alangkah baiknya dibuat agar tidak ada kata-kata yang dapat mengganggu psikis user.

Sumber : Huda, M. S. (2012). Aplikasi tes iq berbasis mobile. Jogjakarta : Sistem Informasi AMIKOM.

Analisis Test Intellegensi Manual dan Test Intellegensi Online atau Berbasis Komputer

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS PSIKOLOGI

Analisis Test Intellegensi Manual dan Test Intellegensi Online atau Berbasis Komputer



Disusun Oleh
Nama              : Desba Nurshafitri
NPM               : 12513200
                        Kelas               : 4PA11
                        Mata Kuliah   : Sistem Informasi Psikologi

Depok

2016

Tes Intelegensi
Istilah inteligensi banyak sekali didengar dan dipergunakan oleh masyarakat luas. Pada umumnya, masyarakat akan mendefinisikan inteligensi sebagai kecerdasan, kepintaran, atau kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi. Definisi yang disebutkan masyarakat ini tentu saja tidak jauh berbeda dengan definisi yang dinyatakan oleh para ahli. Para ahli berpendapat untuk tidak membicarakan atau memberi batasan yang jelas mengenai inteligensi, karena inteligensi merupakan status mental yang tidak memerlukan definisi. Para ahli lebih memusatkan perhatian kepada perilaku inteligen, seperti kemampuan memahami dan menyelesaikan masalah dengan cepat, kemampuan mengingat, kreativitas yang tinggi, atau daya imajinasi yang berkembang.
Jenis dari Tes Intelegensi
Ada banyak jenis Tes Inteligensi, yang dikembangkan sesuai masing-masing asumsi dari beberapa tokoh. Berdasarkan target usia, beberapa jenis Tes Inteligensi tersebut ada yang ditujukan untuk anak-anak, remaja, atau orang dewasa. Berdasarkan jumlah subjek, Tes Inteligensi dibedakan menjadi Tes Inteligensi Individual dan Tes Inteligensi aKelompok atau Klasikal. Di bawah ini akan dijelaskan beberapa jenis Tes Inteligensi.
1.     Colors Progressive Matrices (CPM)
Tes ini ditujukan untuk anak usia 1 - 5 tahun, orang lanjut usia, anak defective atau memiliki keterbatasan mental. Tes ini terdiri dari 36 soal dalam seri : A, AB dan B. Aspek yang diukur adalah berpikir logis, kecakapan pengamatan ruang, kemampuan memahami hubungan antara keseluruhan dan bagian (kemampuan analisa & kemampuan integrasi), kemampuan berpikir analogi.
2.     Standard Progressive Matrices (SPM)
Tes ini bersifat nonverbal. Raven menyebut skala ini sebagai tes kejelasan pengamatan dan kejelasan berfikir, bukan tes inteligensi umum. Tes ini terdiri dari terdiri dari 60 soal dikelompokan dalam 5 seri, dengan waktu 30 menit. Tes ini ditujukan untuk usia 6 - 65 tahun. SPM tidak memberikan angka IQ, tetapi menyatakan hasil dalam tingkat intelektualitas, menurut besarnya skor dan usia subjek, yaitu Grade I kapasitas intelektual Superior, Grade II kapasitas intelektual di atas rata-rata, Grade III kapasitas intelektual rata-rata, Grade IV kapasitas intelektual di bawah rata-rata, Grade V kapasitas intelektual terhambat.
3.     Advance Progressive Matrices (APM)
Tes ini disusun oleh J.C Raven pada tahun 1943. Tes ini terdiri dari dua set dan bentuknya non-verbal. Set 1 disajikan dalam 12 butir soal, sedangkan Set 2 berisikan 36 butir soal. Tujuan dari tes ini adalah membedakan antara individu yang berkemampuan intelektual normal dengan yang lebih dari normal bahkan yang superior, untuk analisis klinis, mengukur kemampuan observasi dan kejelasan berpikir, untuk kecepatan dan ketepatan kemampuan intelektual.
Ketiga jenis tes intelegensi di atas semua dilakukan secara manual yaitu dengan adanya tester dan testee. Tetapi pada saat ini sudah ada tes IQ yang berbasis komputer yaitu tes IQ online.
Situs http://www.tes-iq.com/ merupakan salah satu situs penyedia tes IQ secara online. Pada saat membuka situs tersebut kita akan  melihat tampilan seperti di bawah.

Kita hanya tinggal mengklik take the test dan kita langsung mengikuti test IQ.

Analisa Tes IQ Manual dengan Tes IQ Berbasis Komputer
Tes IQ yang dulu biasa dilakukan secara manual yaitu dengan adanya tester dan testee yang membutuhkan biaya untuk melaksanakannya pada saat ini bisa dilakukan dengan cara online dan tanpa biaya hanya membutuhkan koneksi internet dan komputer/laptop. Namun walau keduanya sama-sama tes yang mengukur intelegensi pasti memiliki perbedaan. Dan perbedaan yang paling mencolok adalah hasilnya. Jika tes IQ yang dilakukan secara manual hasilnya tidak bisa langsung keluar setelah tes selesai, lain halnya dengan tes IQ yang dilakukan secara online yang hasilnya bisa langsung kita ketahui setelah tes selesai. Dan juga di tes yang dilakukan secara manual hasil tes berupa skor dan penjelasan dari skornya, sedangkan yang dilakukan secara online hanya berupa skor saja dan tanpa ada penjelasannya.
Daftar Pustaka
modul.mercubuana.ac.id/files/pbael/...2011/.../PsikodiagnostikIGP1011TM4.pdf

Sabtu, 18 Juni 2016

Psikoterapi Aliran Humanistik

A. Pengantar Aliran Humanistik

1. Definisi Humanistik 
Humanistik adalah aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950an sebagai reaksi terhadap behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit memberikan perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam pengembangan teori psikologis. 
Permasalahan ini dirangkum dalam lima postulat psikologi Humanistik dari James Bugental (1964), sebagai berikut:

a. Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-komponen
b. Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya
c. Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain 
d. Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab
e. Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai, dan memiliki kreativitas

Pendekatan humanistik ini mempunyai akar pada pemikiran eksistensialisme dengan tokoh-tokohnya seperti Kierkegaard, Nietzsche, Heidegger, dan Sartre. 
Humanistik mengatakan bahwa manusia adalah suatu ketunggalan yang mengalami, menghayati, dan pada dasarnya aktif, punya tujuan serta punya harga diri. Karena itu, walaupun dalam penelitian boleh saja dilakukan analisis rinci mengenai bagaian-bagian jiwa manusia, namun dalam penyimplannya, manusia harus dikembalikan dalam kesatuan yang utuh. Pandangan seperti ini adalah pandangan yang holistik. Selain itu manusia juga harus dipandang dengan penghargaan yang tinggi terhadap harga dirinya, pengembangan pribadinya, perbedaan-perbedaan individunya dan dari sudut kemanusiaannya itu sendiri. Karena itu psikologi harus memasuki topik-topik yang tidak dimasuki oleh aliran psikoanalisa dan behavior seperti cinta, kreativitas, pertumbuhan, aktualisasi diri, kebutuhan, rasa humor, makna, kebencin, agresivitas, kemandirian, tanggung jawab dan sebagainya. Pandangan ini disebut pandangan humanistik. 
Humanistik menjelaskan adanya keseluruhan kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri (self-realization). Humanisme menentang pesimisme dan keputusan pandangan pskoanalisa dan konsep kehidupan “robot” pandangan behaviorisme. Humanistik yakin bahwa manusia memiliki di dalam dirinya potensi untuk berkembang sehat serta kreatif, dan jika orang mau menerima tanggung jawab untuk hidupnya sendiri, dia akan menyadari potensinya, mengatasi pengaruh kuat dari pendidikan orang tua, sekolah dan tekanan sosial lainnya.

2. Konsep-Konsep Utama 
Psikologi eksistensial humanistik berfokus pad kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikao yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih-alih suatu sistem teknik-tekni yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Oleh karena itu, pendekatan eksistensial humanistik bukan suatu aliran tepai, bukan pula suatu teori tunggal yang sistematik. Pendekatan terapi eksisensial juga bukan suatu pendekatan terapi tunggal, melainkan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.

a. Kesadaran diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesanggupan untuk memilih alternative – alternatif yakni memutuskan secara bebas di dalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia.

b. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan 
Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab dapat menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan eksistensial juga bisa diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati. Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi – potensinya.

c. Penciptaan Makna
Manusia itu unik, dalam artian bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Pada hakikatnya manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna dapat menimbulkan kondisi-kondisi keterasingan dan kesepian. Manusia juga berusaha untuk mengaktualkan diri yakni mengungkapkan potensi – potensi manusiawinya sampai taraf tertentu.

3. Fungsi dan Peran Terapis 
Tugas utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagai ada dalam-dunia. Teknik yang digunakan mengikuti alih-alih mendahului pemahaman. Karena menekankan pada pengalaman klien sekarang, para terapis eksistensial menunjukkan keluwesan dalam menggunakan metode-metode, dan prosedur yang dgunakan oleh mereka bisa bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang lainnya, tetapi juga dari satu fase ke fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama. 
Buhler dan Allen (1972) sepakat bahwa psikoterapi difokuskan pada pendekatan terhadap hubungan manusia alih-alih sistem teknik. Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikolog humanistik memiliki orientasi bersama yang mencakup hal-hal berikut:

a. Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
b. Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
c. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan teurapetik 
d. Berorientasi pada pertumbuhan 
e. Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebaga suatu pribadi yang menyeluruh 
f. Mengakui bahwa putusan-putusan dan pilihan-pilihan akhir terletak di tangan klien
g. Bekerja ke arah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan kebebasan klien 
h. Mengakui kebebasan klien untuk mengungkap pandangan dan untuk mengembangkan tujuan-tujuan dan nilainya sendiri.

B. Contoh Kasus dan Penyelesaian

May adalah seorang wanita berumur 46 tahun memiliki suami yang umurnya 1 tahun lebih muda, yang bernama bram. Sudah 10 tahun mereka menjalani bahtera rumah tangga. Bram adalah suami kedua May, sebab May adalah janda yang dicerai oleh suami pertamanya. May menjanda hampir 10 tahun dan May menikah dengan Bram saat anaknya berusia 12 tahun. Pernikahan May bukan tanpa sebab, May merasa banyak berhutang budi pada Bram karna Bram sudah melakukan banyak hal untuk May, salah satunya membantu dalam hal pekerjaan karna pertama kali May mengenal Bram adalah ditempat kerjanya.
Selama menjalani kehidupan berumah tangga, May merasa semakin hari semakin banyak perbedaan yang ia rasakan, banyak hal yang tidak bisa May jelaskan kepada suaminya. Salah satu hal yang membuat May merasa tidak nyaman menjalani rumah tangganya adalah Bram yang terlalu sibuk dalam pekerjaan, hampir tidak pernah memiliki waktu bersama keluarga, tidak terbuka masalah keuangan, sering selisih paham. Tapi hal itu tidak pernah May ungkapkan, dan May semakin merasa tidak nyaman menjalani rumah tangganya, bahkan May pun merasa dirinya memang tidak mencintai Bram seutuhnya. Setelah diteliti pun ternyata Bram tidak pernah mencoba untuk mempunyai hubungan emosional dengan anaknya May ketika pertama kali mendekati May, sehingga sampai detik ini pun hubungan Bram dan anaknya May kurang dekat,
May tetap menjalani rumah tangganya karna May memikirkan nasib anaknya yang semata wayang, May tidak ingin anaknya mempunyai orangtua tunggal lagi apalagi jika itu karena bercerai. May juga memikirkan pemikiran orang-orang sekitar terhadap statusnya nanti jika dia bercerai dengan Bram.

Pembahasan:
Kasus diatas bisa dikategorikan kedalam konseling perkawinan, dan konselor menanganinya dengan konseling perkawinan tipe Conjoint Marital Counseling yakni suami istri bersama-sama datang ke seorang atau konselor. Pendekatan ini digunakan ketika   kedua   partner   dimotivasi   untuk   bekerja dalam   hubungan,   penekanan   pada pemahaman   dan   modifikasi   hubungan. Dalam Conjoint Counseling konselor secara simultan melakukan konseling terhadap kedua partner. Langkah-langkah yang bisa digunakan antara lain:
1. Diajak memahami realita apa sebenarnya yang sedang dihadapi. Misalnya dalam kasus ini, May yang dulu pernah menjanda, dan itu adalah realita.
2. Diajak kembali mengenali siapa dirinya, apa posisinya, dan apa kemampuan-kemampuan yang dimiliki. Misalnya dalam kasus ini May dan Bram merupakan sosok orang tua yang dibutuhkan oleh seorang anak.
3. Mengajak klien memahami keadaan yang sedang berlangsung di sekitarnya, bahwa keadaan memang selalu berubah; misalnya perubahan nilai, perubahan struktur, perubahan zaman, dan bahwa perubahan adalah sunnatullah yang tidak bisa ditolak, tetapi yang penting bagaimana kita mensikapi dan mengantisipasi perubahan itu.
4. Diajak untuk meyakini bahwa Tuhan itu Maha Adil, maha Pengasih, maha Mengetahui, maha Pengampun, dan semua manusia diberi peluang oleh Tuhan.
Pada kasus ini diterapkan aliran humanistik, dimana fokusnya ialah klien. Klien diiring untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sering menjadi penyebab terjadinya permasalahan dalam rumah tangga. Menerapkan Client Centered Therapy, Menurut Rogers yang dikutip oleh Gerald Corey menyebutkan bahwa “terapi client centered merupakan tekhnik konseling dimana yang paling berperan adalah klien sendiri, klien dibiarkan untuk menemukan solusi mereka sendiri terhadap masalah yang tengah mereka hadapi. Hal ini memberikan pengertian bahwa klien dipandang sebagai partner dan konselor hanya sebagai pendorong dan pencipta situasi yang memungkinkan klien untuk bisa berkembang sendiri”. 
Dalam terapi ini terdapat dua kondisi inti yaitu congruence (merujuk pada bagaimana terapis dapat mengasimilasikan dan mengiring pengalaman agar klien sadar dan memaknai pengalaman tersebut) dan unconditional positive regard (bagaimana terapis dapat menerima klien apa adanya, dimana terapis membiarkan dan menerima apa yang klien ucapkan, pikirkan dan lakukan).
Tujuan dasar terapi client- centered adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha membatu klien untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh. Guna mencapai tujuan terapi tersebut perlu mengusahakan agar klien bisa memahami hal- hal yang ada di balik topeng yang dikenakannya. Tujuan dasar dari layanan client centered yaitu sebagai berikut:
1. Keterbukaan kepada pengalaman
Keterbukaan pada pengalaman perlu memandang kenyataan tanpa mengubah empati yang cermat dan dengan usaha untuk memahami kerangka acuan internal klien, terapis memberikan perhatian terutama pada persepsi diri klien dan persepsinya terhadap dunia.
2. Kepercayaan terhadap organisme sendiri 
Salah satu tujuan terapi adalah membantu klien dalam membangun rasa percaya terhadap diri sendiri. Pada tahap permulaan terapi, kepercayaan klien terhadap diri sendiri dan terhadap putusan- putusannya sendiri sangat kecil. Mereka secara khas mencari saran dan jawabanjawaban dari luar kairena pada dasarnya mereka tidak mempercayai kemampuan dirinya untuk mengarahkan hidupnya sendiri. 
3. Tempat evaluasi internal
Tempat evaluasi internal yang berkaitan dengan kepercayaan diri, berrati lebih banyak mencari jawaban- jawaban pada diri sendiri bagi masalah- masalah keberadaannya. Dia menetapkan standar- standar tingkah laku dan melihat ke dalam dirinya sendiri dalam membuat putusan- putusan dan pilihan- pilihan bagi hidupnya. 
4. Kesediaan untuk menjadi suatu proses
Konsep tentang diri dalam proses pemenjadian, yang merupakan lawan dari konsep tentang diri sebagai produk, sangat penting. Meskipun klien boleh jadi menjalani terapi untuk sejenis formula untuk membangunkeadaan berhasi dan berbahagia , mereka menjadi sadar bahwa pertumbuhan adalah suatu proses yang berkesinambungan.

Dalam pandangan Rogers, konselor lebih banyak berperan sebagai partner klien dalam memecahkan masalahnya. Dalam hubungan konseling, konselor ini lebih banyak memberikan kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan segala permasalahan, perasaan dan persepsinya, dan konselor merefleksikan segala yang diungkapkan oleh klien.

Daftar Pustaka

Corey, G. (2007). Teori dan peraktek konseling & psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditama

Minggu, 27 Maret 2016

Psikologi Eksperimen

Topik               : Suhu Tinggi
Masalah           : Apakah suhu tinggi dapat menyebabkan prilaku agresif?”
Hipotesis
 Hipotesis Ilmiah
Hipotesis Umum         :  Suhu tinggi dapat menyebabkan prilaku agresif.
Hipotesis Eksplisit      : Subjek yang berada di ruangan dengan suhu udara tinggi akan memiliki tingkat agresif yang lebih tinggi dibandingkan subjek yang tidak berada di tempat suhu udara tinggi.
Hipotesis Statistik
Ha             : Subjek yang berada di tempat dengan suhu udara tinggi akan memiliki tingkat agresif yang lebih tinggi dibandingkan subjek yang tidak berada di tempat dengan suhu udara tinggi

Ho             : Subjek yang berada di tempat dengan suhu udara tinggi akan memiliki tingkat agresif yang tidak berbeda dengan subjek yang tidak berada di tempat dengan suhu udara tinggi
Variabel
Variable Bebas    : Suhu Ruangan Tinggi
Variasi         : Ada-Tidak ada, yaitu subjek ditempatkan pada ruangan yang memiliki AC bersuhu rendah dengan disediakan meja dan kursi dan dengan yang tidak memiliki AC bersuhu tinggi tanpa disediakan meja dan kursi.
Manipulasi : Manipulasi kejadian, dengan cara kedua Kelompok mengikuti mata pelajaran Matematika, kemudian kedua kelompok tersebut ditempatkan pada ruangan yang memiliki AC dan tidak memiliki AC
Variabel Terikat : Perilaku Agresif
Jenis Pengukuran  :  Perilaku yang tampak
Cara Pengukuran  : Observasi, yaitu dengan membuat daftar berupa rancangan observasi yang berisikan aspek atau dimensi dari agresif yang akan diamati selama 60 menit baik diruangan dengan ac yang tidak menyala ataupun ac yang menyala.
Variabel Sekunder    :
-          Jenis Kelamin (dikontrol dengan teknik blocking, yaitu jumlah laki-laki dan perempuan sama pada setiap kelompok).
-          Tingkat Pendidikan (dikontrol dengan teknik konstansi, yaitu memilih subjek dengan tingkat pendidikan yang sama).
-          Status sosial ekonomi (dikontrol dengan teknik randomisasi, yaitu secara acak memasukkan subjek ke dalam KE dan KK).
-           Usia (dikontrol dengan teknik konstansi, yaitu memilih subjek dengan usia yang sama).
-          Teknik pembelajaran (dikontrol dengan teknik konstansi, yaitu memakai teknik pembelajaran yang sama bagi semua subjek).
-          Waktu mengikuti mata pelajaran Matematika (dikontrol dengan teknik konstansi, yaitu lamanya waktu pembelajaran sama bagi semua subjek sekitar 60 menit).
-          Kegiatan relaksasi lain ( dikontrol dengan teknik konstansi, yaitu semua subjek tidak diperbolehkan mengikuti kegiatan relaksasi lain selama penelitian).
Tipe dan Desain Penelitian
-          Tipe Penelitian                        Controlled Laboratory Experiment
-          Desain Penelitian        : Desain 2 kelompok (desain antar-kelompok)
Perencanaan Penelitian
 Subjek                                : Siswa SMP yang duduk di kelas IX yang berjenis kelamin Laki-laki dan Perempuan. Jumlah subjek yang dibutuhkan adalah 40 orang dengan jumlah laki-laki dan perempuan masing-masing 20 orang.
 Peralatan                            : Lembar rancangan observasi, pulpen, ruang berAC, meja dan kursi.
 Prosedur
-          40 subjek di peroleh dari hasil pengundian dari seluruh siswa kelas IX SMP dengan jumlah masing-masing subjek laki-laki dan perempuan berjumlah.
-          Kemudian dilakukan pengundian untuk memasukkan subjek laki-laki dan perempuan ke dalam 2 kelompok (KE dan KK), sehingga kedua kelompok terdiri dari subjek laki-laki dan perempuan dengan jumlah yang sama.
-          Kedua kelompok subjek tersebut kemudian diminta untuk mengikuti mata pelajaran Matematika selama 60 menit.
-          Setelah itu, kedua kelompok subjek ditempatkan pada ruangan yang sudah disiapkan. Pada kelompok eksperimen, ruangan yang disiapkan tidak memiliki pendingin ruangan dengan suhu ruangan tinggi dan tidak diberikan meja dan kursi untuk belajar.
-          Pada kelompok control ruangan yang disiapkan memiliki pendingin ruangan dengan suhu rendah dan diberikan meja dan kursi untuk belajar.
-          Kemudian pada kelompok KE dan KK diberikan istirahat selama 5-10 menit.
-          Para eksperimenter akan berada di luar ruangan tempat KE dan KK berada dengan     
     membawa lembar observasi dan pulpen untuk memberi tanda serta mennulis 
     catatan mengenai perilaku agresif yang tampak.
-          Hasil yang dimiliki oleh para eksperimenter yang berada di ruangan tempat KE
     dan KK berada akan dibuat tabel hasil observasi secara terpisah dimana dalam
     tabel itu akan dibuat tabel yang berisi kesimpulan selama observasi berlangsung.