Sebenarnya apa sih kesehatan mental itu?
Istilah
“KESEHATAN MENTAL” diambil dari konsep mental hygiene. Kata mental diambil dari
bahasa Yunani, pengertiannya sama dengan psyche dalam bahasa latin yang artinya
psikis, jiwa atau kejiwaan. Jadi istilah mental hygiene dimaknakan sebagai
kesehatan mental atau kejiwaan yang dinamis bukan statis karena menunjukkan
adanya usaha peningkatan. (Notosoedirjo & Latipun,2001:21). Menurut
Dr. Jalaluddin dalam bukunya “Psikologi Agama” bahwa:
“kesehatan
mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan
tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat
dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secara resignasi (penyerahan
diri sepenuhnya kepada Tuhan)”.
Sedangkan
menurut paham ilmu kedokteran, kesehatan mental merupakan suatu kondisi yang
memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari
seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain.
A.
Sejarah Kesehatan Mental
Gerakan
Kesehatan Mental berkembang seiring dengan adanya revolusi pemahaman masyarakat
mengenai mental yang sehat dan cara-cara penanganannya, terutama di masyarakat
barat. Adapun tahap-tahapan perkembangan gerakan kesehatan mental, yaitu:
1. TAHAP DEMONOLOGI (sebelum abad pertengahan)
Kesehatan mental dikaitkan dengan kekuatan gaib,
kekuatan spiritual, setan dan makhluk halus, ilmu sihir, dan sejenisnya.
Gangguan mental terjadi akibat kegiatan yang menentang kekuatan gaib tersebut.
Sehingga bentuk penanganannya, tidak ilmiah dan kurang manusiawi, seperti:
upacara ritual, penyiksaan atau perlakuan tertentu terhadap penderita dengan
maksud mengusir roh jahat dari dalam tubuh penderita.
2.
TAHAP PENGENALAN MEDIS (4 abad SM – abad ke-6 M)
Mulai 4 abad SM muncul tokoh-tokoh bidang medis
(Yunani): Hipocrates, Hirophilus, Galenus, Vesalius, Paracelsus, dan Cornelius
Agrippa, mulai menggunakan konsep biologis yang penanganannya lebih manusiawi.
Gangguan mental disebabkan gangguan biologis atau kondisi biologis seseorang,
bukan akibat roh jahat. Mendapat pertentangan keras dari aliran yang meyakini
adanya roh jahat.
3.
TAHAP SAKIT MENTAL DAN REVOLUSI KESEHATAN MENTAL
Mulai muncul pada abad ke-17: Renaissance (revolusi
Prancis), dengan tokohnya: Phillipe Pinel. Mengutamakan: persamaan, kebebasan,
dan persaudaraan dalam penanganan pasien gangguan mental di rumah sakit secara
manusiawi. Terjadi perubahan dalam: pemikiran mengenai penyebab gangguan mental
dan cara penanganan dan upaya penyembuhan. Tokohtokoh lain yang mendukung
adalah :
a.
William Tuke
(abad 18), di Inggris: perlakuan moral pasien asylum.
b.
Benjamin Rush
(1745-1813), di Amerika Serikat: merupakan bapak kedokteran jiwa Amerika.
c.
Emil Kraepelin
(1855-1926), di Jerman: menyusun klasifikasi gangguan mental pertama.
d.
Dorothea Dix
(1802-1887), di Amerika: mengajar dan memberikan bantuan kemanusiaan kepada
masyarakat miskin dan komunitas perempuan di penjara.
e.
Clifford Beers
(1876-1943), di Amerika: pengusaha yang mendirikan gerakan kesehatan mental di
Amerika.
4.
TAHAP PENGENALAN FAKTOR PSIKOLOGIS (Abad ke-20)
Merupakan Revolusi Kesehatan Mental ke-2: munculnya
pendekatan psikologis (Psikoanalisa) yang mempelopori penanganan penderita
gangguan mental secara medis dan psikologis. Tokoh utamanya adalah Sigmund
Freud, yang 14 Kesehatan Mental melakukan: penanganan hipnose, katarsis,
asosiasi bebas, analisis mimpi. Tujuannya adalah mengatasi masalah mental
individu dengan menggali konflik intrapsikis penderita gangguan mental.
Intervensi tersebut dikenal dengan istilah penanganan klinis (psikoterapi).
5.
TAHAP MULTIFAKTORIAL
Mulai berkembang setelah Perang Dunia II. Kesehatan
mental dipandang tidak hanya dari segi psikologis dan medis, tetapi melibatkan
faktor interpersonal, keluarga, masyarakat, dan hubungan sosial. Interaksi semua
faktor tersebut diyakini mempengaruhi kesehatan mental individu dan masyarakat.
Merupakan Revolusi ke-3 Gerakan Kesehatan Mental dengan tokohnya: Whittingham
Beers (buku ”A Mind That Found Itself”), William James, dan Adolf Meyer.
Menurut pandangan ini, penanganan penderita gangguan mental, lebih baik
dilakukan sejak tahap pencegahannya, yaitu:
a.
Pengembangan
perbaikan dalam perawatan dan terapi terhadap penderita gangguan mental.
b.
Penyebaran
informasi yang mengarah pada sikap inteligen dan humanis pada penderita
gangguan mental.
c.
Mengadakan riset
terkait.
d.
Mengembangkan
praktik pencegahan gangguan mental.
Adapun
organisasi terkait yang berkembang, antara lain: Society for Improvement The
Condition of The Insane (London-1842) dan American Social Hygiene Association
(AS-1900).
A.
Konsep Sehat
Definisi
sehat
A.
Menurut WHO
(1947)
Sehat adalah suatu keadaan yang sempurna
baik fisik, mental maupun sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan.
Mengandung tiga karakteristik :
·
Merefleksikan
perhatian pada individu sebagai manusia.
·
Memandang sehat
dalam konteks lingkungan internal ataupun eksternal.
·
Sehat diartikan
sebai hidup yang kreatif dan produktif.
B.
President’s
Communision On Health Need Of Nation Stated ( 1953 )
·
Sehat bukan
merupakan suatu kondisi, tetapi merupakan penyesuaian, bukan merupakan suatu
keadaan tapi merupakan suatu proses.
·
Proses adaptasi
individu yang tidak hanya terhadap fisik mereka, tetapi terhadap lingkungan
sosialnya.
C.
Pender ( 1982 )
·
Sehat adalah
aktualisasi ( perwujudan ) yang diperoleh individu melalui kepuasan dalam
berhubungan dengan orang lain, perilaku yang sesuai dengan tujuan, perawatan
diri yang kompeten. Sedangkan penyesuaian diperlukan untuk mempertahankan
stabilitas dan integritas sosial.
·
Definisi sehat
menurut Pender ini mencakup stabilitas dan aktualisasi.
D.
Payne ( 1983 )
·
Sehat adalah
fungsi efektif dari sumber-sumber
perawatan diri ( Self Care Resources ) yang menjamin tindakan untuk perawatan
diri ( Self Care Action ) secara adekuat.
·
Self Care
Resources yaitu mencakup pengetahuan,ketrampilan dan sikap
·
Self Care Action
adalah perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlakukan untuk memperoleh,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi, psikososial dan spiritual.
Faktor
yang mempengaruhi diri seseorang tentang sehat :
A.
Status
perkembangan
·
Kemampuan
mengerti tentang keadaan sehat dan kemampuan berespon terhadap perubahan dalam
kesehatan dikaitkan dengan usia.
·
Contoh : Bayi
dapat merasakan sakit, tapi tidak dapat mengungkapkan dan mengatsainya.
·
Pengetahuan
perawat tentang status perkembangan individu memudahkan untuk melaksanakan
pengkajian terhadap individu dan membantu mengantisipasi perilaku-perilaku
selanjutnya.
B.
Pengaruh
sosiokultural
·
Masing-masing
kultur punya pandangan tentang sehat yang diturunkan dari orang tua pada
anaknya.
·
Contoh : Orang
Cina, sehat adalah keseimbangan antara Yin dan Yang
Orang dengan ekonomi
rendah memandang flu sesuatu yang biasa dan merasa sehat.
C.
Pengalaman masa
lalu pengalaman masa lalu
·
Seseorang dapat
merasakan nyeri/sakit atau disfungsi ( tidak berfungsi ) keadaan normal karena
pengalaman sebelumnya.
·
Membantu
menentukan defenisi seseorang tentang sehat.
D.
Harapan
seseorang tentang dirinya
·
Seseorang
mengharapkan dapat berfungsi pada tingkat yang tinggi baik fisik maupun
psikososialnya jika mereka sehat.
Faktor
lain yang berhubungan dengan diri
·
Bagaimana
individu menerima dirinya dengan baik.
·
Self Esteem.
Body Image, kebutuhan peran dan kemampuan.
·
Jika ada ancaman
: anxiety ( cemas ).
Ciri-ciri Tingkah Laku
Individu yang Sehat dan Normal (Warga, 1983) pada umumnya sebagai berikut :
1.
Bertingkah laku
menurut norma-norma sosial yang diakui.
2.
Mampu menolah
emosi.
3.
Mampu
mengaktualkan potensi-potensi yang dimiliki.
4.
Dapat mengikuti
kebiasaan-kebiasaan sosial.
5.
Dapat mengenali
resiko dari setiap perbuatan dan kemampuan tersebut digunakan untuk menuntun
tingkah lakunya.
6.
Mampu menunda
keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang.
7.
Dapat belajar
dari pengalaman.
8.
Biasanya gembira.
A.
Model Kesehatan Barat & Timur
Model Barat
1. Model Biomedis (Fruend, 1991)
Dipengaruhi oleh filosofi Yunani
(Plato&Aristoteles). Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Ditambah dengan
perkemb biologi, penyakit dan kesehatan semata-mata dihubungkan dgn tubuh saja.
Semboyan: “Men Sana In Corpore Sano”. Memiliki 5 asumsi (Freund, 1991) :
1.
Terdapt
perbedaan nyata antara tubuh dan jiwa sehingga penyakit diyakini berada pada
satu bagian tubuh tertentu.
2.
Penyakit dapat
direduksi pada gangguan fungsi tubuh.
3.
Penyakit
disebabkan oleh suatu penyebab khusus yang secara potensial dapat diidentifikasi.
4.
Tubuh seperti
sebuah mesin.
5.
Tubuh adalah
objek yang perlu diatur dan dikontrol.
2. Model Psikiatris (Helman, 1990)
Penggunaan berbagai model untuk menjelaskan penyebab
gangguan mental.
·
Model organik :
menekankan pada perubahan fisik dan biokimia di otak.
·
Model psikodinamik
: berfokus pada faktor perkembangan dan pengalaman.
·
Model behavioral
: psikosis terjadi karena kemungkinan2 lingkungan.
·
Model sosial
: menekankan gangguan dalam konteks performansnya.
Model Timur
Bersifat
lebih holistik (Joesoef, 1990).
1.
Holistik sempit
Organisme manusia dilihat sebagai suatu sistem
kehidupan yang semua komponennya saling terkait dan saling tergantung.
2.
Holistik luas
Sistem tersebut merupakan suatu bagian integral dari
sistem-sistem yang lebih luas, dimana orginasme individual berinteraksi terus
menerus dengan lingkungan fisik dan sosialnya, yaitu tetap terpengaruh oleh
lingkungan tapi juga bisa mempengaruhi dan mengubah lingkungan.
Sumber
Referensi :
fakhrurrozi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/24029/KesMen.ppt
Sari,
Kartika Dewi. (2012) Kesehatan Mental.
Semarang : CV. Lestari Mediakreatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar